Siswa Ledakan SMAN 72, Antara Dendam dan Teka Teki Dugaan Bullying
Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta – Sedikit demi sedikit fakta terungkap di balik ledakan SMAN 72 Jakarta. Pelaku yang kini sudah menyandang status anak berurusan dengan hukum adalah murid di sekolah tersebut.
Baca Juga: Ketua Umum Ikadin Sebut Berlakunya KUHP dan KUHP Baru Bisa Perkuat Advokat
Pelaku menjalankan aksinya itu tunggal. Tetapi dalam misinya ini, dia cukup terlatih. Meski bom rakitannya berdaya ledak rendah, namun cukup membahayakannya. Terbukti dari banyak nya murid-murid mengalami luka serius dalam pristiwa itu.
Dendam Buntut Bullying?
Hasil penyeldidikan semenetara, pelaku melakukan aksi teror itu karena dendam sering ditindas. Tetapi siapa yang membuat merasa dendam, belum diketahui.
“Bahwa (pelaku) merasa perasaan tertindas, merasa kesepian tidak tahu harus menyampaikan kepada siapa, lalu yang berangkutan juga memiliki motivasi dendam,” kata PPID Densus 88 Antiteror Polri, AKBP Mayndra Eka Wardhana, dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya.
Senter kabar, pelaku kerap dibully selama bersekolah disana. Pelaku bahkan tak terlalu banyak bergaul. Isu itu diperkuat pengakuan seorang siswa inisial S, siswa kelas XI SMAN 72 Jakarta.
Tetapi polisi, enggan berspekulasi terlalu dini. Menggali keterangan banyak pihak termasuk pelibatan ahli terus dilakukan. Termasuk meminta keterangan guru dan murid. Polisi tak ingin gegabah. Namun dipastikan, seluruh informasi yang berkembang akan didalami kebenarannya.
Hari-Hari Kesepian Pelaku
Walaupun belum dapat dipastikan pelaku adalah korban bulyying, tetapi fakta memilukan kembali terungkap saat proses penyelidikan berjalan. Ternyata, pelaku kerap kesepian saat menjalani hari-harinya. Bahkan, dia tidak punya tempat untuk sekedar berkeluh kesah.
Selama ini, pelaku memang tinggal bersama ayahnya. Sementara ibunda sudah pergi meninggalkannya bekerja sebagai TKI. Kondisi Itulah yang menjadi pemicu utama pelaku berani melakukan teror terhadap sekolah dan teman-temannya sendiri.
Ada dorongan yang bersangkutan, merasa sendiri kemudian merasa tidak ada yang menjadi tempat untuk menyampaikan kelus kesah,” kata Dirreskrim Polda Metro Jaya, Kombes Iman Imanuddin.
Polisi maeyakini apa yang dilakukan pelaku bukan seperti aksi teror pada umumnya. Diduga kuat, kekecewaan demi kekecewaan yang dialaminya itulah yang menjadi pemanrtik dia nekat meledakan sekolah.
Dalam kesendiriannya, pelaku juga kerap masuk ke dalam dark website. Aktivitas yang dilakukannya senang melihat ada kematian. Tak hanya itu, pelaku juga kerap menonton video aksi teror di dunia. Bahkan para pelakunya. dianggap sebagai inspirasi.